Opini : Pendapat Yang Sering Diabaikan Sebagai Tangga Kesuksesan

MRS — MENJADI seorang guru tidak cukup hanya memposisikan diri sebagai pengajar atau mengajarkan anak didik, tetapi juga siap menjadi pelajar siap untuk belajar. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa tugas pokok seorang guru adalah mengajar. Guru mengajar berarti ia mentransferkan ilmu yang sudah ia pelajari sebelumnya kepada para siswa. Mengajar tidak hanya mentransferkan ilmu saja, melainkan juga sikap dan perilaku terhadap siswa sehingga terciptanya pendidikan karakter dan bisa diteladani oleh para siswa. Di sini seorang guru harus menjadi role of model bagi para siswa.
Mengajar juga berarti mendidik, mengarahkan dan menuntun para siswa berjalan pada koridor yang sesuai dengan aturan yang sudah disepakati secara bersama. Tentu kita pernah mendengar komentar lepas bahwa guru adalah orang tua kedua dari para siswa di sekolah. Karena ia adalah orang tua, maka rasa kasih sayang harus dimainkan oleh seorang guru di lingkungan sekolah.
Guru mengajar tidak serta merta memposisikan diri sebagai tokoh yang otoriter. Menganggap diri yang paling baenar dan sangat kaku bahkan harus enggan untuk menerima saran dari para siswa. Guru dalam tugasnya sebagai pengajar harus siap dan bersedia untuk menerima kritikan. Di sinilah letak kebijaksanaan seorang guru. Bahkan pada titik inilah konsep guru belajar diterapkan. Seorang guru memiliki sikap lapang dada dan kemauan kuat untuk belajar dari orang lain, khususnya dari para siswa. Tidakkah kita harus berpikir secara cermat bahwa profesi yang terjadi atau cita-cita generasi yang tercapai itu karena adanya seorang pengajar, adanya didikan dari seorang guru? Ya, fakta yang terjadi memanglah benar. Tidak ada profesi yang akan terjadi jika tidak di landasi oleh motivasi dan didikan. Guru adalah landasan terciptanya profesi generasi-generasi penerus bangsa.
Tidakkah seharusnya kita menghadiakan mereka dengan doa-doa kebajikan atas perjuangan, penilaian dan ketegasan mereka. Bukankah mereka yang selalu rela untuk menjadi tangga kesuksesan bagi para siswa. Beri mereka kebebasan untuk merasakan hasil dari perjuangan yang telah mereka lakukan. Bukan kebebasan untuk melepas kepenatan akan lingkungan sekolah, bukan juga bebas untuk melakukan tindakan tak patut, tapi beri mereka kebebasan dalam menikmati hasil dari perjuangan mereka yang tak terbayarkan besar jasanya.
“Guru indonesia yang tercinta, tugas anda adalah yang termulia dan yang tersulit. Anda di tugaskan untuk membentuk masa depan bangsa. Tetapi lebih sering diberi aturan daripada pertolongan. Anda ingin membantu murid yang tertinggal di kelas, tetapi waktu anda habis mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas. Anda tahu betul potensi anak tidak bisa di ukur dari hasil ujian tapi terpaksa mengejar angka karena di desak berbagai pemangku kepentingan. Anda ingin mengajak murid keluar kelas untuk belajar dari dunia sekitarnya tapi kurikulum yang begitu padat menutup pintu pertualangan. Anda frustasi karena anda tahu, di dunia nyata kemampuan berkarya dan berkolaborasi yang akan menentukan kesuksesan anak. Bukan kemampuan menghafal. Anda tahu setiap anak punya kebutuhan yang berbeda. Namun keseragaman telah mengalahkan keberagaman sebagai prinsip birokrasi. Anda ingin setiap murid terinspirasi tapi anda tidak diberikan kepercayaan untuk berinovasi. Perubahan tidak bisa di mulai dari atas, semuanya berawal dan berakhir dengan guru” Mendikbud Nadiem Makarim, 25 November 2019.
Terkadang sekelompok guru berorasi untuk menuntut keadilan tapi sulit di perdulikan. Mereka bukan meminta kebebasan untuk memperkecil tanggung jawab, melainkan mereka hanya menuntut untuk kesejahteraan agar terciptakan potensi dan semangat berprofesi. Percayalah mereka adalah tangga bagi kita untuk mencapai kesuksesan.
Oleh Aisyah Sekar Sari